Pendekatan NKT Hijau

25 February, 2017

Pendekatan NKT Hijau

Me-Brand-Ing Pulau Merah Sebagai Wisata Hijau

Oleh : Drs. Sunari, MM*

 

Meminjam istilah Rhenal Kasali, PhD, dalam Perspektif Jawa Pos beberapa tahun lalu bahwa institusi bisnis ataupun enterpreneur harus naik kelas, demikian halnya yang terjadi atas Banyuwangi, bahwa Banyuwangi kini telah naik kelas, salah satu indikatornya sederet prestasi nasional telah diraihnya, disamping indikator terukur lainnya sehingga dengan itu brand Banyuwangi semakin bernilai jual, semua itu tak lepas dari kerja keras, dan tentunya terus kerja keras untuk terus meningkatkan.

Prinsip meningkatkan dalam posisi naik kelas, agaknya menarik untuk mereferensi pada kisah atlit nasional yang ketika itu bangga dan puas, serta optimis pada suatu kondisi VO2max-nya (tingkat kebugarannya) meningkat dari 4,1 ke 5,3, apa yang terjadi tanpa disadari kalau atlit lawannya ternyata VO2max-nya rata-rata diatas 5,7, pada suatu pertandingan dikalahkan lawanpun tak terelakkan.

Me-Brand-ing, dalam konteks khusus ini,  tidak sebatas bermakna me-promo-kan merek produk atau sejenisnya, akan tetapi sepakat kita maknai “menambah daya  manfaat baru,  atau memberikan sesuatu yang bernilai, memuati  pembelajaran-edukasi, memberikan inspirasi,  takjub, atau setidak-tidaknya bermakna ada kesan positif. Disinilah fokus penting kita, bahwa “Pulau Merah sebagai salah satu titik lokusnya Banyuwangi, agar semakin Banyuwangi naik kelas” perlunya sentuhan menuju Grand Desaign “Siapapun ke Banyuwangi, perlu memperoleh manfaat baru”,  karena disinilah esensinya “I love Banyuwangi-Menjadikan Banyuwangi lebih bermakna”, aku cinta daerah, aku, aku cinta negeri.

Dalam konteks ini lebih pada bagaimana memanaj wisata secara serius, kata kuncinya, ketika daerah semangat dan serius membangun wisata didaerahnya, maka pihak institusi yang berada dan atau pemangku lokasi wisata tersebut harus menyelaraskan harmoninya.

 

Mempertajam Branding

Pulau merah yang memiliki pasir putih, ombak-selancar,  dan garis lengkung pantai kurang lebih sama dengan Pantai Kuta yang jauh lebih dulu kondang, perbedaannya kalau Pantai Kuta berbeckground deretan hotel, pertokoan, dan pemukiman, sementara Pulau Merah berbeckground alam hijau, ditambah gugusan gunung  di pemandangan lautnya melengkapi pesonamya, dititik-titik itulah potensi mahalnya pulau merah. Potensi mahal ini akan semakin “Banyuwangi naik kelas” ketika kita sama-sama sepakat dan komitmen menjadikan Pulau Merah semakin ber-brand, Persoalannya,  Brand yang bagaimana?,  beberapa hal berikut agaknya bisa menjadi bahan pertimbangan.

Pertama, desain pengelolaan yang telah Pemkab Banyuwangi bangun bersama pihak lainnya hingga relatif sukses selama ini, sepakat  perlunya  penguatan guna menghasilkan nilai-nilai baru antara lain  dengan mempertajam konsep dengan brand khusus yang merupakan bentuk implementasi ecotourism-nya Banyuwangi.

                Kedua,  penonjolkan brand Pulau Merah berbasis Wisata hijau, dengan menambah sentuhan-sentuan  tajam dan detail,  rumput kita pulihkan hijaunya, perhatian serius kesetiap batang rumput,  demikian juga tataan setiap lekuk tanah-batu alam, jalur jalan kaki dan jalan setapak secara detail, kawasan dan hanparan pasir dalam kondisi selalu bersih, pengembangan-budidaya pandan laut, demikian juga tumbuhan kecil-perdu dan pepohonan lainnya, dipadu adanya sarana tempat duduk unik-natural di beberapa bagian, dihiasi Pondok (house) untuk Pengelola wisata, dan Layanan wisata-transit wisatawan dengan desain artistik perpaduan  natural-modern.

 

 

Menciptakan Centra Wisata Kreatif Berbasis Potensi Lokal sebagai Penyangga

Disamping  penguatan terhadap obyek seperti Teluk Ijo, sukamade, lampon, Grajagan, dan lainnya sebagai obyek wisata penyangga, yang tidak kalah penting sebagai penyangga pula, bagaimana dapat menstimulasi masyarakat  untuk dapat menciptakan  aneka Wisata Kreatif  penunjang berupa “Wisata buah petik pohon” disekitar atau disepanjang jalur wisata, baik buah naga ataupun jeruk yang sudah menjadi produk pertanian andalan Banyuwangi. “Wisata Petik sayur organik”, “Wisata Ngrujak bareng”, “Wisata Bakar Pohong, bakar jagung ”, “Pasar wisata jajanan tradisional” Juga perlunya menciptakan “Wisata Mancing dan bakar ikan sendiri rame-rame”, “Pasar oleh-oleh ikan segar tradisional”  disekitar jalur wisata, atau apapun kreatifnya bila semua tetap dengan desain konsep tradisional berbasis lingkungan dengan menggali kearifan lokal, disamping untuk dapat bergeraknya ekonomi lokal juga akan menguatkan brand tersebut.

 

Menaikkan Kelas PK5 & Multi Dampak

Ketiga mengelola-merelokasi PK5-asongan dan pedagang lainnya ke luar area wisata, yakni ke lokasi pasar mini wisata bentukan sekitar area yang kita kondisikan sebagai bagian dari paket pengelolaan wisata, desain Pasar Wisata yang menyatu dengan area parkir, akan semakin menghidupkan pasar wisata, wisatawan  dapat belanja sebelum atau sesudah menikmati wisatanya, disamping itu penempatan lokasi pasar wisata tersebut sekaligus dimaksudkan agar para pedagang-PK5 dapat menangkap peluang mobilitas wisatawan dan penduduk yang menuju ke dan dari Pancer, Teluk Ijo, Rajekwesi, dan Sukamade .

 Praktis diarea inti wisata Pulau merah tak ada lagi jual beli apapun, kayaknya ekstrem banget!, tidak!. Lagi-lagi disatu sisi  kita diingatkan ketika hampir setiap kota atau wilayah di negeri ini dihadapkan pada persoalan serius PK5, hingga menguras energy dan tidak jarang kenyamanan publikpun sempat  terusik juga, ketika pihak Pemkab/Pemkot-nya tidak sesegera mungkin mengelolanya dengan matang, disisi lain persoalan kelihaian memanaj wisata menjadi nomor satu ketika berharap banyak dari wisata, tidak hanya profit, tapi juga multi dampak positifnya baik  bagi wisatawan maupun bagi daerah.

 

Keberadaan PK5 kita padang sebagai bagian sumber daya wisata, atau potensi daerah, tetap penting dan perlu kita akomodir yang bersolusi, mereka harus kita bina secara terukur  dengan pengetahuan manajemen sederhana usaha, mereka harus ramah-santun, saling rukun-kerjasama antar mereka, bersih, rapi-berpenampilan cirri kedaerahan yang berkepribadian, menjual dagangan yang sehat-mutu-jujur (tidak berbahan buruk-berbahaya), dengan dominasi dagangan khas tradisional-Produk lokal, dan memastikan mereka ikut menjaga lingkungan, dan bukan penimbul-pembuang sampah sembarangan.

 

Seriusi detail Sampah

Keempat, dilengkapi adanya sarana-tempat sampah yang berpilah , berstandar, dan bersih, serta adanya petugas sampah sigap yang bekerja lebih awal dari pengunjung, agaknya masih perlu tambahan strategi jitu dan konsisten dengan nilai-nilai “Go Green”, sepotong kulit kacangpun gak boleh terjatuh diarea, apalagi sampah jenis, ukuran, dan bentuk yang lainnya,  maka agar efektif, tak berlebihan  apabila memberlakukan bahwa setiap pengunjung harus menitipkan uang jaminan tak buang sampah sembarangan bermotor Rp 20.000,-, berkendara roda 4 Rp. 50.000, apabila lalai masih buang sampah sembarangan maka uang titipan tersebut sebagai pembayaran sanksi-denda, namun apabila selama diarea terpantau alat dan petugas tidak melakukan itu, maka uang titipan tersebut dikembalikan saat keluar gerbang parkir. Lagi-lagi bisakah diterapkan?, Bisa!, nggak ribet ?, tidak!, dalam teori ekonomi marketing  bahwa konsumen yang loyal terhadap produk barang atau jasa, tetap setia membeli walau harga dinaikkan secara periodic-berkali-kali, rela antri untuk mendapatkan, bahkan tetap mencari walau barang tersebut jauh-tidak ada disekitarnya. Nah pengunjung wisata Pulau merah termasuk  katagori konsumen loyal. Satu hal  bahwa pemberlakuan uang titipan tersebut, lebih berorientasi pada  muara makna teredukasi, para pengunjung akan menyadari  bahwa “sebegitu pentingnya disiplin dalam bersikap atas sampah dan ramah lingkungan lainnya”.

  

Seriusi Detail Penataan Rumput Bagaikan Lapangan Bola

Justru rumput dan kerikil yang berpengaruh totalitas buruk atau baik terhadap performa area wisata ketika rumput dan kerikill itu menjadi terabaikan atau tidak. Penataan sangat amat detail pada titik ini, dibarengi penjagaan performanya bersama-sama wisatawan melalui tulisan atau sapaan bersahabat petugas mengingatkan ketika menginjak rumput secara permanen (berlama-lama), kalau selfi gak apa-apa, bagus,  wah akan berkesan sekali, wisatawan akan tidak merasa menjadi beban, akan tetapi merasa  terhormat merasa ikut dilibatkan. Penataan rumput  Ibarat lapangan bola ketika rumput lapangan tertata hijau, energy positif akan terpancarkan kesemua mata ribuan penonton,  pandangan makronya  penonton akan tersejukkan, dan para pemain bolanya tidak saja sejuk tanpa kilau gersang lapangan, tapi juga nyaman  dalam bermain, secara psikologis beban stress pemain terkurangi.

 

 

 

Tiketing dan Layanan terpadu

Kelima, sebagai bagian penguatan strategi branding-marketing, perlu pola tiketing dengan menjual melalui agen-agen yang menyebar  diwilayah  Banyuwangi, bahkan ibaratnya setahun sebelum berkunjungpun tiket sudah dapat diperoleh, dilokasi wisata justru ditiadakan loket layanan tiket.  Diarea wisata praktis sudah tidak ada lagi bayar-membayar apapun, kecuali “uang titipan jaminan tidak membuang sampah sembarangan” tersebut,

Dalam tiket masuk wisata yang sudah disatukan dengan jasa parkir, premi asuransi, jasa toilet, jasa keamanan dan jasa layanan wisata lainnya, dengan begitu layanan dan jaminan tidak sekedar aman tapi nyaman, dan terkesan total terlayani terhadap wisatawan akan lebih profesional dan optimal. Bagi wisatawan dijamin tersedianya toilet berdesain unik yang selalu bersih, air lancar & dalam jumlah cukup.  Area parkir didesain nyaman dan aman dengan petugas profesional, dari tempat pakir-pasar wisata menuju area wisata dengan jalan kaki justru akan semakin berciri khas, dengan tetap divariasi-disediakan beberapa kereta wisata antik gratis bagi sebagian pengunjung yang perlu.

 

Sebagai Sarana Edukasi Public

Teredukasi, takjub, atas kondisi area wisata  yang super bersih, tertata detail-apik, ramah, dan syarat hijau harus menjadi oleh-oleh wisatawan domestik dan manca.  Pulau merah  dalam tulisan ini merupakan salah satu model pembahasan, model edukasi public relevan dengan itu yang juga urgen agar semakin Banyuwangi banget,  hal yang sama sepakat komitmen terhadap lokus dan sektor lain.

0 Komentar

Silakan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar
Kita ikut berkontribusi

Wujudkan komitmen dalam
membangun negeri berperadaban tinggi